Senin, 26 September 2011

DANA

D A N A


I.   Pendahuluan
   Hampir semua orang tentu mengerti bila kita mengatakan istilah berdana
   Yang artinya secara umum yaitu memberikan sesuatu untuk membantu orang lain yang memerlukan.  Tetapi apakah makna berdana hanya demikian saja ? Apakah tidak ada lagi makna nya yang lain ? Nah, untuk mengetahui lebih jelasnya tentang berdana ini ,dan juga tentang  adanya  pandangan salah mengenai  “ Berdana “ yang ditinjau dari pandangan agama Buddha.
      Kamma, menurut agama Buddha artinya perbuatan. Setiap orang pasti melakukan suatu perbuatan ( kamma ) dan perbuatan yang dilakukan tentu mempunyai motif-motif tertentu,dimana motif itu sendiri juga sudah merupakan suatu perbuatan. Menurut agama Buddha, motif ini dapat terbagi menjadi motif yang baik ( tiga akar perbuatan baik ) dan motif yang tidak baik ( tiga akar perbuatan Jahat ).  Motif yang baik terdiri dari alobha ( tidak dengan keserakahan ),adosa ( tidak dengan kebencian ) dan Amoha ( tidak dengan kegelapan batin ); sedangkan motif yang tidak baik terdiri dari Lobha ( keserakahan ),dosa ( kebencian ) dan moha ( kegelapan batin ).
      Setiap orang yang  berbuat sesuatu pasti tidak terlepas dari motif-motif tersebut di atas. Tentu saja idealnya kita hendaknya selalu berbuat dengan motif yang baik, tetapi biasanya dalam setiap melakukan tindakan kita cenderung untuk melakukannya dengan motif yang buruk, dengan tanpa kita sadari lagi karena hal itu sudah merupakan suatu kebiasaan yang biasa kita lakukan.
      Dalam Agama Buddha diajarkan untuk mencapai kebahagiaan, hendaknya kita jangan berbuat jahat,tambahkanlah selalu kebaikan,dan sucikanlah batin atau pikiran.
   Hal ini dimaksudkan supaya seseorang hendaknya selalu melatih berbuat dengan motif yang baik .  Tetapi bagaimanakah cara melatih hal itu ?
      Perbuatan yang paling mudah untuk mengurangi  tiga akar perbuatan jahat ini (khususnya Lobha) yaitu dengan cara berdana. Pengertian berdana yang diajarkan oleh Sang Buddha Gotama adalah merupakan cara untuk menunjang menyembuhkan penyakit batin manusia yang disebut Lobha. Dalam beberapa ajaran beliau,dana selalu diletakkan  pada urutan pertama, misalnya dalam dasa Paramita ( Sepuluh Kebajikan ) dan di dalam Dasa Punna Kiriyavatthu ( Sepuluh Jalan Perbuatan Baik ).
      Memang, Kenyataannya demikian berdana adalah suatu perbuatan yang paling mudah untuk kita laksanakan.Siapa saja dapat berdana, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa; mulai dari orang kaya sampai orang miskin sekalipun.  Mungkin kita bertanya mengapa orang miskin dapat pula berdana ?  Ingat, Pengertian  dana dalam agama Buddha bukan hanya berbentuk materi saja tetapi bisA pula berupa bantuan tenaga dan pemberian maaf.
      Orang miskinlah yang justru dianjurkan untuk banyak berdana karena untuk mengimbangi kamma buruknya yang sekarang sedang berbuah, jadi kita salah bila mengatakan bahwa orang miskin tidak perlu berdana..Perlu kita ketahui bahwa nilai serta manfaat suatu dana tidak hanya ditentukan oleh besar kecilnya dana itu saja tetapi juga ditentukan oleh kesungguhan hati ( kehendak ) kita pada saat kan berdana ( Pubba Cetana ),sewaktu berdana ( Munca Cetana ) dan saat sesudah  berdana ( Apara cetana ); serta factor-factor lainnya lagi.  Jika ketiga tahapan tersebut misalnya kita lakukan dengan hati yang berbahagia maka  akan semakin besar pulalah nilai dana tersebut; dan sebaliknya bila kita lakukan dengan penyesalan, maka nilai dari dana itupun akan berkurang..
      Tetapi walaupun kita sudah tahu bahwa berdana itu adalah suatu  kebajikan yang paling mudah untuk dilakukan, namun pada kenyataannya masi banyak orang khususnya umat Buddha yang tidak mau berdana.  Jika mereka berdana, masih banyak yang berdana karenanya adanya pamrih tertentu atau karena terpaksa. Mereka masih juga berpikir dan menganggap bahwa mereka sendiri  masih kekurangan harta benda,sehingga kalau berdana maka hartanya menjadi berkurang.
      Padahal seharusnya kita menyadari bahwa selama ini kita msih hidup sebagai manusia, biasanya kita tidak akan pernah puas akan sesuatu ; sehinnga kita juga bisa menyadari bahwa dengan berdana tidak akan menyebabkan harta kita menjadi berkurang, bahkan sebaliknya, dengan berdana kita berarti telah menambah kamma baik kita yang kelak akan berbuah kebahagiaan pada diri kita.
  
II.   Pengertian Berdana
   Dalam Pandangan masyarakat umum, dana diartikan sebagai  pemberian atau pertolongan dengan
   Memberikan materi ( bersifat kebendaan ) kepada orang lain yang memerlukan,sedangkan bantuan lainnya yang bukan berupa materi, belum dapat dikatakan sebagai dana,tetapi hanya dikatakan sebagai bantuan biasa saja.
      Dalam Agama Buddha, yang dimaksud dengan dana adalah pemberian yang tulus ikhlas untuk menolong makhluk lain, artinya memberikan pertolongan tanpa pamrih berupa materi,tenaga,maupun pemberian maaf dan rasa aman. Dana dalam agama Buddha tidak dipaksakan,hanya dianjurkan dan termasuk salah satu dari sepuluh perbuatan baik ( Dasa punna Kiriyavatthu ) yang dapat dilaksanakan oleh umat Buddha.
  
III.   Bentuk-Bentuk Dana
   Menurut bentuk yang didanakan,dana terbagi menjadi 3 bagian,yaitu :
   Amisa Dana
   Artinya berdana berupa benda ( barang) atau materi, contoh berdana uang,pakaian,makanan,obat-obatan,dll
Dhamma Dana
   Artinya dana berupa dhamma atau ajaran (nasehat),contoh seorang bhikkhu mengajarkan tentang hokum kebenaran; seorang guru mendidik murid-muridnya; orang tua yang menasehati anaknya,dll.
Abhaya Dana
   Artinya berdana dengan memaafkan,yaitu berupa ampunan ( pemberian maaf ) dan tidak membenci.  Juga dalam hal ini termasuk memberikan rasa aman kepada makhluk lain dari mara bahaya. Contoh : memaafkan teman yang bersalah kepada kita ;membebaskan makhluk lain yang sedang menderita, misalnya menolong anjing yang sedang kejepit kayu dll.
      Jadi banyak cara yang dapat dilaksanakan untuk dapat mewujudkan dana, bias dengan amisa dana,dhamma dana,atau abhaya dana.  Oleh sebab itu dana tidak harus berupa barang atau materi saja seperti yang dikatakan oleh pandanmgan masyarakat pada umumnya.  Bahkan di dalam Dhammapada,Sang Buddha sendiri bersabda sebagai berikut : ”Sabba danam dhammadanam jinati ”yang artinya dana yang dilaksanakan melalui ajaran kebenaran  akan melebihi dana yang dilaksanakan dengan cara lainnya.  Maka bila kita dapat melaksanakan dana dengan melakukan penyebaran kebenaran ( Dhamma ),kita akan memperoleh jasa yang paling mulia, tetapi memang tidak semua orang dapat mengajarkan dhamma dengan baik dan benar.
  
IV.   Kualitas Dana
a.   Menurut Tingkatan manfaatnya
   Menurut tingkatan manfaatnya,maka suatu dana dapat kita bedakan menjadi empat bagian,yaitu :
   1.Pemberian yang besar dengan manfaat yang kecil ( sedikit )
      Contohnya  dalam hal ini yaitu orang-orang yang membunuh binatang untuk di korbankan kapada para dewa dengan disertai perayaan yang besar dan segala macam upacara persembahyangan.  Hal ini memerlukan biaya yang besar tetapi pahala atau kebaikan untuk mereka yang melaksanakan sangatlah sedikit.
   2. Pemberian yang kecil dengan manfaat yang kecil.
       Contohnya dalam hal ini yaitu seorang yang kaya tetapi Ia sangat kikir sehingga tidak mau berdana dengan banyak ( padahal dia mampu ) dan setulus hati.
   3. Pemberian yang kecil dengan manfaat yang besar
       Contohnya dalam hal ini yaitu  seorang yang  miskin yang memberikan dananya dengan jumlah yang sedikit ( karena batas kemampuannya memang hanya sampai di situ ) tetapi dia berdana dengan tulus hati dan tanpa pamrih.
   4. Pemberian yang besar dengan manfaat yang juga besar
       Contohnya yaitu seorang hartawan yang mendanakan sebagian hartanya guna kepentingan orang banyak, misalnya dengan mendirikan vihara,panti asuhan dsb-nya yang semuanya itu dilakukan dengan hati yang tulus dan pamrih.
  
   b. Menurut kehendak ( Cetananya )
      Berdasarkan kehendak ( cetananya) berarti bahwa ada niat yang baik dalam berdana tersebut.  Dalam hal ini berdana bukan sekedar untuk formalitas,pamer kekayaan, mencari  nama,promosi diri atau dagangan,menjilat dsb.  Kehendak baik di sini mencakup tiga masa,yaitu :
   1.Sebelum berdana  
         Sebelum berdana, seseorang hendaknya mengembangkan pikiran yang penuh ketulusan dan keriaan, dengan berpikir misalnya “Saya sedang menanam harta benda sebagai sebab kekayaan yang dapat di bawa serta “
   2. Sewaktu berdana
      Sewaktu berdana seseorang hendaknya mengembangkan pikiran yang penuh keyakinan dengan berpikir misalnya “ Saya sedang membuat manfaat suatu harta yang tidak begitu bernilai”.
   3. Setelah berdana
      Setelah berdana seseorang hendaknya mengembangkan pikiran yang penuh keiklasan dan kepuasan, dengan berpikir misalnya “Saya telah melakukan kebajikan yang dipujikan oleh para bijaksana.

C.   Menurut Mutu Barang Yang Didanakan
     Berdasarkan mutu barang yang didanakan,maka suatu dana dapat dibedakan menjadi 3 bagian,sebagai
     berikut :
I.   Berdana Barang yang buruk,yang diri sendiri sudah tidak mau memakainya lagi.  Banyak barang buruk  yang sudah kita tidak perlukan lagi misalnya baju yang sudah tidak kita pakai lagi;ini dapat kita berikan kepada orang lain yang membutuhkannya.  Tetapi dalam memberikan barang tersebut kita harus memiliki rasa sopan santun dan memiliki rasa perikemanusiaan. Artinya dalam memberikan  barang tersebut kita harus dapat memperkirakan barang tersebut memang masih dapat digunakan ( masih layak ) oleh orang yang membutuhkan. Janganlah kita berdana barang yang sudah terlampau buruk, misalnya pakaian yang sudah compang camping sehingga sudah  tidak layak dipakai lagi.

II.   Berdana barang yang baik sebaik diri sendiri memakainya.  Contohnya bila kita mempunyai buku lebih dari satu sedangkan teman kita  tidak mempunyai, maka sebagai teman hendaknya memberikan salah satunya kepada teman tersebut.  Dengan demikian kita telah berbuat baik dan kita akan merasa senang bila teman kita senang menerima buku itu.

III.   Berdana barang yang lebih baik daripada yang kita pakai sendiri.  Berdana barang yang lebih baik daripada yang kita pakai sendiri jarang dijumpai dalam kehidupan ini. Biasanya  orang hanya mau berdana barang yang sudah buruk atau yang sama seperti yang dipakai dirinya sendiri; tetapi ada juga orang yang mau berdana barang yang lebih baik daripada  yang dipakainya sendiri.  Bila hal ini memang dilakukan dengan tulus,maka orang yang memiliki sikap demikian sangatlah terpuji.  Ia dapat dikatakan memiliki jiwa sosial yang tinggi bila misalnya Ia membangun sekolahan yang bagus dan baru kepada masyarakat yang membutuhkan, sedangkan rumahnya sendiri cukup sederhana.

d. Menurut motif tujuannya
    Menurut motif tujuannya, maka suatu dana dapat terbagi sebagai berikut :
1. Hina Dana
   Dana yang bersifat rendah, yaitu dengan mengharapkan kemasyuran,kekayaan dsb.
     2. Majjhima Dana
   Dana yang bersifat menengah misalnya dengan keinginan untuk dapat terlahirkan di alam surga.
3.Panita Dana
   Dana yang bersifat luhur, dengan tujuan untuk meraih pembebasan sejati.

e. Menurut Kemurniaan dari Pemberi dan Penerima dana
   Didalam Dakkhina vibhanga Sutta, Sang Buddha menyebutkan bahwa nilai suatu dana tergantung juga kepada kelakuan dari orang yang menerima dana maupun yang memberi dana.
1.   Kemurniaan Pemberi bukan kemurniaan dari Penerima
Artinya yang memberi dana mempunyai kelakuan yang baik, bermoral sedangkan yang menerima tidak demikian.
2.   Kemurnian Penerima bukan pemberi
Dalam hal ini Penerima dana adalah adal;ah orang yang bermoral serdangkan pemberinya tidak demikian.
3.   Tidak Murni dari pemberi dan Penerima
Artinya baik pemberi dan penerimanya tidak bermoral.
4.   Yang Murni dari Pemberi dan Penerima
Baik yang memberi dana dan yang menerimanya bermoral semuanya.

f.   Menurut yang patut  menerima dana
Dalam Agama Buddha, Dana patut diberikan kepada siap saja yang memerlukan, namun selain hal tersebut , dikenal pula tentang adanya lapangan yang subur untuk menanam jasa,artinya bila yang kita berikan dana adalah merupakan  lapangan yang subur untuk menanam jasa, maka dana tersebut dapat  memberikan hasil yang besar bagi yang berdana.
   Didalam Dakkhina Vibhanga Sutta, Majjhima Nikaya, dikisahkan bahwa Maha Pajapati Gotami berniat untuk mempersembahkan sepasang jubah  baru yang dibuatnya sendiri kepada sang Buddha Gotama.  Tetapi sang Buddha menganjurkan agar persembahan ini dialihkan kepada Sangha secara umum.  Ananda Thera karena tidak tahu , berusaha membujuk agar mau menerimanya, dengan memperingatkan jasa Mahapajapati Gotami yang pernah menyusui serta merwat beliau semasa kecil.  Menaggapi hal ini, sang Buddha Gotama kemudian menjelaskan bahwa ada 14 macam persembahan yang ditujukan kepada Pribadi tertentu (Patipuggalika Dakkhina),yaitu :
1.   Samma Sambuddha
2.   Pacceka Buddha
3.   Arahat ( Arahatta phala )
4.   Mereka yang berpraktek untuk meraih kearahatan ( Arahatta Magga)
5.   Anagami ( Anagami  Phala )
6.   Mereka yang berpraktek untuk meraih keanagamian  ( Anagami  Magga)
7.   Sakadagami ( Sakadagami Phala )
8.   Mereka yang berpraktek untuk meraih kesakadagamian ( Sakadagami  Magga )
9.   Sotapanna ( Sottapati Phala )
10.   Mereka yang berpraktek untuk meraih kesotappanaan ( Sottapati  Magga )
11.   Orang Non Buddhis yang telah melenyapkan nafsunya ( Orang yg memiliki Jhana)
12.   Orang biasa ( awam )yang bermoral ( yang mempunyai kesilaan )
13.    Orang biasa ( awam )yang tidak bermoral ( yang jelek kesilaannya )
14.   Binatang/hewan
   Dengan berdana kepada binatang /  hewan, seseorang dapat mengharapkan pahala sebanyak 100 kali.
   Dengan berdana kepada orang awam yang jelek kesusilaanya,…..Pahalanya sebanyak 1000 kali.
   Dengan berdana kepada awam yang mempunyai  kesilaan, pahalanya sebnyak 100,000 kali
       Dengan berdana kepada orang non buddhis  yang telah melenyapkan nafsunya, pahalanya  sebanyak 10,000,000 kali.
   Dengan berdana kepada mereka yang berpraktek utuk  meraih kesotapannaan…….Pahala yang tak terhitung ,tak terhingga.
Apalagi jika dana tersebut dipersembahkan kepada mereka yang  tingkatannya lebih luhur, pahalanya tidak terbayangkan lagi.
   Dari orang yang menerima dana, maka tempat yang merupakan lapangan  jasa yang tiada taranya dialam semesta ini adalah Sangha.  Buddha Gotama selanjutnya menjelaskan bahwa  ada 7 macam sangha yang bisa kita berikan dana persembahan ( Sangha dana ) yaitu :
1. Sangha Bhikkhu dan sangha  Bhikkhuni saat Sang buddha ( Samma sambuddha ) sebagai  
   pimpinan sangha
2. Sangha Bhikkhu dan sangha  Bhikkhuni sesudah Sang buddha ( Samma sambuddha ) sebagai
    pimpinan sangha
3. Sangha Bhikkhu saja
4. Sangha Bhikkhuni  saja
5. Sangha yang terdiri  dari para bhikkhu dan bhikkuni dalam jumlah terbatas ( sejumlah bhikkhu dan bhikkhuni dari Sangha.
6. Sangha yang terdiri  dari para bhikkhu dalam jumlah terbatas (  Beberapa bhikkhu                                yang disediakan oleh sangha )
7. Sangha yang terdiri  dari para   bhikkuni dalam jumlah terbatas (  Beberapa bhikkhuni  yang  disediakan oleh  Sangha )

Demikian uraian yang terdapat di dalam Dakkhina Vibhanga Sutta.  Pada masa mendatang, hanya akan ada  Bhikkhu “Gotrabhu dengan jubah tersampirkan di leher yang jelek kesilaannya  dan menganut ajaran  salah.  Beliau tidak menyatakan bahwa Patipuggala dana ( yang tetuju pada pribadi) mempunyai pahala yang lebih besar daripada  dana yang ditujukan kepada Sangha.  Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa dalan keadaan bagaimanapun, pahala Sangha dana jauh melampaui Patipuggala dana.

Jadi Sangha merupakan lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya, hal ini juga disebutkan di dalam Sanghanussati ( Perenungan terhadap Sangha ) yang berbunyi sebaga berikut : “ Anuttaram Punnakkhetam Lokassa “ yang berarti Sangha adalah Lapangan untuk menanam jasa yang tiada tara baiknya di alam semesta ini.

Sangha merupakan ladang untuk berdana yang paling baik sebab yang lain yaitu karena dana yang kita berikan kepada sangha akan disalurkan kembali oleh para bhikkhu sangha untuk kepentingan agama dan umat , misalnya untuk melengkapi sarana dalam mengajarkan dhamma; yang bisa berguna untuk menunjang pelestarian buddha dhamma.  Pokoknya semuanya merupakan suatu penyaluran dana atau pemanfaatan dana yang tepat.

Selain Sangha yang merupakan lapangan untuk menanam jasa, maka seperti yang tadi telah diuraikan di dalam Dakkhina Vibhanga Sutta, kita dapat pula memberikan dana kepada obyek-obyek lainnya yang memang patut atau pantas menerima dana, misalnya yaitu :

1.   Dana yang diberikan kepada orang yang melaksanakan sila, seperti misalnya para bhikkhu sekarang ini; bahkan ini termasuk berdana kepada Sangha.
2.   Dana yang diberikan kepada Orang Tua ( Ayah dan Ibu )
3.   Dana yang diberikan kepada orang yang belum berpenghasilan, misalnya mereka yang belum mempunyai pekerjaan lalu kita sokong untuk sementara waktu.
4.   Dana yang diberikan kepada mereka yang memang sedang membutuhkan bantuan, misalnya kepada orang yang sedang terkena musibah, dsbnya

 
III.   Bentuk-Bentuk Dana
   Menurut bentuk yang didanakan,dana terbagi menjadi 3 bagian,yaitu :
   Amisa Dana
   Artinya berdana berupa benda ( barang) atau materi, contoh berdana uang,pakaian,makanan,obat-obatan,dll
Dhamma Dana
   Artinya dana berupa dhamma atau ajaran (nasehat),contoh seorang bhikkhu mengajarkan tentang hokum kebenaran; seorang guru mendidik murid-muridnya; orang tua yang menasehati anaknya,dll.
Abhaya Dana

Apakah ada yang tahu mengenai amisa-dana, abhaya-dana dan dhamma-dana, terdapat di sutta mana atau mungkin di kitab komentar mana?

Thanks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar